Kamis, 28 Januari 2010
Pertama
"Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan YME karena..."
Sekelumit kalimat yang sering kita denger di pidato, sambutan bupati, pembukaan acara ato rapat, bahkan saat kampanye juga gitu (ujung2nya juga tipu). Hmh.....bosen kali ya dengernya...... Mungkin kadang kita juga mengucapkan kata-kata itu tanpa kita sadari, ato mungkin hanya kata2 itu yang dapat kita rangkai???? Hmh.....hanya kita yang tahu....
Sebenernya aku ga tau mau nulis apaan neh, tapi ya daripada ga ada tulisane juga aneh (so weird). Ga ada ujan, ga da panas kok tiba2 kepikiran aja kepingin bikin blog. Konsep awalnya si cuma pengen iseng, yah nulis2 yang bisa dibaca. Soal isi ya ntar dulu, yang penting dah isi. Peribahasa "pandangan pertama begitu menggoda" tak kesampingkan dulu. Mungkin peribahasa yang kupakai ya "pandangan pertama terserah yang baca". Emang gua pikirin?! Mau dibaca ya sukur, ga dibaca ya tak sumpahin ga bisa berak pake posisi duduk (KAWUSZ KOE!!!).
Pengen nulis kalimat2 yang melankolis tapi ga bisa romantis (ma pacar sendiri juga ga pernah), pengen nulis kalimat2 inspiratif tapi aku sendiri ga bisa berinspirasi (bego amat ya gua??). Suatu kali pengen nulis yang berbau politis tapi ya emang ga ngerti sama sekali masalah gituan. Mumet kalo mikir negara!!! Yang ada di benakku ya udah ada presiden dan kroni2nya ini.....
Jadi inget pas dulu ikut "DEMO" di depan gedung PEMDA. Waktu itu kan masih jadi mahasiswa baru neh, masih berkobar2 semangat kalo mahasiswa itu "agen of change" yang di pekikkan kakak angkatan waktu OSPEK. Kalo sekarang ya udah bangkotan, jadi MAPALA (Mahasiswa Paing Lama) alias dah jadi "macan" kampus yang tak lekas lulus.....
Jadi dulu tuh suruh ikut demo dengan tema protes sama bupati yang kata "provokator" ga ngasih lapangan pekerajaan yang luas di daerah kita sendiri. Nah, tak bela2in ninggalin jam kuliah buat ikut demo. Kita ngumpul di kampus dulu dan selanjutnya kita bergabung dengan kawan2 mahasiswa dari beberapa Univ. di PWT. Start demo dimulai di Kampus Sekolah Tinggi.......Negeri (ga tak sebutin lah), trus jalan menuju ke "ALUN-ALUN" sebelum berubah namanya jadi "ALUN" (berubah nama gara2 dijadiin sama bupati yang sekarang, pohon beringin di tengah2 ditebang nggo suluh ndean). Selama dalam perjalanan tu denger orasi yang menggebu2, berkobar2 penuh semangat walopun ya ga tahu apa yang dibahas. Pake bawa bendera banyak juga kaya mau ikut karnaval 17an. Selama perjalanan juga teriak2 ga jelas gitu, nyampe pita suaraku ganti nyampe dua kali (dah siapain cadangan dunk, ndadak beli di warung).
Tapi apa yang ku jumpai di Alun-alun??? Sederet Pak Polisi pake seragam lengkap (kalo ga lengkap ya parnografi). Di garda depan juga telah menanti para anggota K9 dengan wajah garang dan juluran lidah penuh kuman rabies (he...mandan lebay). Seketika itu juga nyaliku langsung ciut, tapi masih ku beranikan diri terus berteriak2 mendukung orasi kawan2 yang ada didepan. Apalagi kalo ada sorot kamera, wess langsung serius seraya mengangkat kepalan tangan ke atas. Pokoke berakting kaya tukang demo yang di tipi2 itu. Tapi ada satu hal yang aneh dalam benakku... ternyata sang "provokator" ga kelihatan batang "anu" nya di tempat tersebut. Dalam hati hanya berkata "asem", kutu kupret dan kata2 sumpah serapah lainya. Udah gitu lihat si anjing pelacak yang dah semakin bertambah kehadiranya di tempat itu.
Tanpa pikir panjang langsung cabut balik ke kampus. Masih dengan sumpah serapah dalam hatiku berujar "ternyata demo tu ga enak ya, wis panas, ra dibayar, ra diempani, mungsuhi pulisi maning. KAPOK akhirnya yang jadi kesimpulan terakhir waktu itu, ora maning2 melu demo.
Dengan kejadian itu, hanya dapat menarik sedikit hikmah yang ku dapat. Sebaiknya kalo emang ga tahu konsep, ga tahu apa2 ya jangan ikut2an. Tanpa ada kepentingan yang kita perjuangkan ya buat apa, dan kepentingan itu juga buat siapa? Buat kita atau justru untuk lawan politik penguasa saat itu??? Bukanya untuk menunjukan kalo kita apathis, ataupun pragmatis. Tapi terlalu apriori kalo kita hanya mengandalkan emosional yang menggebu2 tanpa tahu siapa yang akan diperjuangkan. Kenapa ga kita aja yang bersikap lebih arif, bijaksana, dan juga bisa menetralisir apa yang kita sebut dengan aliran2 politik yang beredar di sekitar kita. Tanpa kita sadar kita telah memperjuangkan kepentingan oknum.
yah segitu dulu ah...
thanks yang dah baca.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar